Saya masih bermimpi

Sampai saat ini, saya masih memiliki mimpi seperti teman-teman yang lain, yakni melanjutkan sekolah ke luar negeri. Ada beberapa teman dekat yang sudah pergi melanjutkan studi di negeri orang, dan rasanya ingin sekali menyusulnya. Pendidikan di luar negeri memang bukanlah penentu kemuliaan seorang manusia. Tetapi dengan ke luar negeri, saya berharap bisa berinteraksi dengan beragam manusia, mendapatkan suasana yang berbeda, serta bisa mengukur kemampuan keilmuan yang saya miliki jika dibandingkan dengan orang lain dari negera lain pula.

Saya mecoba, berusaha, antara lain dengan kembali belajar bahasa Inggris supaya bisa memenuhi batas minimal IELTS atau TOEFL yang menjadi persyaratan untuk mendapatkan beasiswa. Juga, sedapat mungkin menguasai pengetahuan dalam bidang pekerjaan serta pengetahuan yang ingin saya dalami jika bersekolah lagi nanti.

Belajar untuk mempersiapkan diri untuk melamar beasiswa bukanlah hal mudah bagi saya. Berangkat ke tempat kerja pagi hari setelah menemani anak bermain atau menonton film animasi dari beberapa CD, lalu sibuk di tempat kerja, dan tiba kembali di rumah sudah malam hari, kondisi cape, semuanya membuat nyaris seperti tak ada waktu untuk belajar. Di rumah harus bangun pagi, dan tentunya harus tidur malam lebih cepat, tentulah tidak sama saat dulu masih kuliah sarjana. Tenaga tersisa hanya sedikit, serta setelah bangun pagi untuk beraktiftas lagi yang menjadi rutinitas yang nyaris tidak boleh disela untuk belajar. Kadang muncul rasa putus asa. Tapi beginilah kondisi yang saya hadapi setelah berumah tangga. Sungguh, saya tidak ingin menyalahkan putusan saya untuk berumah tangga sebelum meraih impian bersekolah lagi ini.

Akhir-akhir ini saya biasa mengunduh file-file pelajaran bahasa Inggris dari BBC Siaran Indonesia. Lumayan untuk saya belajar sambil menyelesaikan pekerjaan di kantor. Tapi, tentu saja ia hanyalah pelajaran bahasa Inggris sehari-hari, tidak spesifik untuk menaikan nilai TOEFL atau IELTS. Saya masih harus mengalokasikan waktu untuk belajar dua hal itu.

Sang Pemimpi, buku kedua Tetralogi Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata, seperti mengingatkan saya untuk terus bermimpi dan berusaha untuk mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan. Saya masih berusaha untuk mengejar mimpi saya. Semoga saja bisa.

0 komentar: